lenysuzan

@lenysuzan

Active 7 years, 1 month ago
Tahun akademik baru telah tiba.. Selamat datang tahun akademik 2015/2016 .. Semangat !!! View
  • lenysuzan posted an update 9 years, 2 months ago

    Menyusun Proyeksi Laporan
    Keuangan Perusahaan (Proforma Statement)
    Dengan Pendekatan Shortcut
    ________________________________________
    RUGI LABA ; NERACA
    ________________________________________
    Apa perbedaan bentuk laporan keuangan yang menggunakan istilah proforma pada judul laporan keuangan yang tidak menggunakan?
    Secara esensi tidak banyak berbeda. Keduanya menunjukkan ikhtisar tentang kondisi keuangan perusahaan dalam satu periode akuntansi. Perbedaannya adalah terletak pada dimensi waktu. Laporan keuangan tanpa tambahan proforma adalah laporan mengenai kondisi keuangan perusahaan yang sudah terjadi. Dalam laporan ini informasi yang ada menunjukkan hasil rekapitulasi catatan historis atas transaksi keuangan perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen selama satu periode akuntansi.
    Laporan keuangan dengan tambahan kata proforma menunjukkan ikhtisar kondisi keuangan perusahaan yang belum dilaksanakan. Informasi yang ada di dalamnya masih berupa proyeksi mengenai kondisi keuangan yang akan datang. Dengan kata lain laporan ini merupakan rencana keuangan perusahaan yang akan dicapai untuk satu periode yang akan datang.
    Walaupun berbeda dalam dimensi namun secara substansif isi laporan keuangan yang biasa dengan proforma pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah angka untuk setiap item atau komponen, baik yang ada di dalam neraca maupun laporan rugi laba. Dalam laporan keuangan biasa jumlah angka dari setiap item atau komponen diperoleh hasil transaksi riil. Sedangkan jumlah angka dalam setiap komponen laporan proforma diperoleh dari angka taksiran. Karena itu jumlah besaran angkanya berbeda. Meskipun besaran angka proyeksi ditetapkan berdasarkan angka dari laporan keuangan yang lalu dan harga pasar, tetapi karena angka proyeksi ini harus mengkalkulasi adanya nilai waktu uang (bisa inflasi atau deflasi), maka besarnya jumlah angka dalam laporan proforma menjadi berbeda. Disamping itu penetapan angka proyeksi harus mengacu pada pendapatan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, berdasarkan laporan rugi laba tahun yang lalu manajemen PT ORBIT menetapkan omzet penjualan naik 10% dari total pejualan bersih sebesar US $ 1,000. Total biaya sebesar US $ 825 dapat ditekan 5%, tetapi biaya bunga naik menjadi 50% dari laba bersih sebelum bunga dan pajak atau EBIT (earning before interest and tax) akibat pengaruh kebijakan uang ketat. Dari data tersebut jika dikonstruksi tampak seperti Tabel 1.

    Dari hasil taksiran yang dibuat manajemen dapat dilihat bahwa besaran laba bersih sebelum pajak (EBT) kedua laporan itu berbeda. EBT yang telah dicapai tahun lalu sebesar US$ 150. Sedangkan hasil taksiran EBT yang ingin dicapai perusahaan untuk tahun 1999 sebesar US $ 158.125, lebih besar US $ 8.125 dapi pada EBT tahun 1998, meskipun beban bunga cukup tinggi. Namun perlu diingat bahwa hasil realisasi EBT untuk tahun 1999 nanti belum tentu dapat sebesar angka yang diproyeksikan. Dalam praktiknya angka yang dicapai dapat lebih kecil, sama atau lebih besar. Hal ini sangat tergantung pada kondisi internal maupun eksternal perusahaan. Laporan keuangan proforma terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan rugi laba (loss and income statement).
    Dapat dijelaskan bagaimana cara menyusun proyeksi laporan keuangan dengan cara sederhana (shortcut approach)?
    Pertama-tama kita membutuhkan data laporan keuangan tahun lalu. Sebailknya digunakan dua atau lebih laporan keuangan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat membandingkan dan menemukan trend dari data yang kita analisis. Dari data ini kemudian kita tetapkan angka prediksinya dengan memperhitungkan berbagai aspek, seperti harga pasar, inflasi dan estimasi keuntungan yang ingin diraih. Dalam menentukan angka prediksi ini sebaiknya dibuat serealistis mungkin. Hal ini untuk menghindari perbedaan angka proyeksi yang terlalu besar atau kecil. Angka proyeksi yang terlalu besar akan mencuatkan rasa kecewa semua pihak, sebab dalam realisasinya sulit dicapai. Sebaliknya angka proyeksi yang terlalu kecil kurang memotivasi karyawan sebab dengan angka itu setiap karyawan akan bersikap santai, menganggap kurang ada tantangan
    .
    MEMBUAT LAPORAN RUGI LABA
    Untuk membuat proyeksi laporan ini pertama-tama kita siapkan laporan rugi laba tahun lalu (minimal satu periode) seperti yang tampak pada Tabel 2.

    Dari data tersebut pertama-tama kita konsentrasikan pada komponen penjualan. Hal ini penting karena sumber pemasukan kas terbesar diperoleh melalui sektor ini. Dari rencana ini dapat dibuat estimasi produksi dan anggaran lainnya. Misalnya beberapa produk yang harus dibuat untuk dapat mencapai estimasi target penjualan, dan berapa besar pengeluaran untuk produksinya.
    Pada umumnya proyeksi tingkat penjualan akan mengalami kenaikan setiap tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya perhitungan yang mempengaruhi waktu uang dan inflasi yang dapat mempengaruhi harga bahan baku, kenaikan upah buruh dan sebagainya.
    Pada cara sederhana, persentase kenaikan dapat ditentukan berdasarkan metode persentase penjualan. Dari data laporan rugi laba PT OSCAR tahun 1998 seperti ditunjukkan pada Tabel 2 diketahui besarnya penjualan bersih US $ 100,000. Harga Pokok Penjualan US $ 80,000. Biaya operasi US $ 10,000 dan Bunga US $ 1,000
    Maka besarnya persentase adalah sebagai berikut:

    sebesar US $ 140,000 maka susunan laporan rugi laba akan tampak seperti dalam Tabel 3.

    Kelemahan yang cukup mendasar jika menggunakan persentase penjualan dalam menyusun laporan rugi laba proforma adalah tingkat akurasi angka hasil proyeksi.
    Hal ini terjadi akibat digunakannya rasio historis antara penjualan dengan harga pokok penjualan, biaya operasi dan beban bunga. Rasio ini akan menimbulkan kesan bahwa semua komponen biaya adalah biaya variabel atau tidak ada biaya tetap. Masalah akan muncul jika terjadi penurunan atau kenaikan volume penjualan. Perubahan pada volume penjualan akan diikuti oleh perubahan persentase yang sama besarnya dalam ketiga faktor tersebut. Hal ini akan mengurangi tingkat akurasi proyeksi laporan yang kita buat.
    Contohnya kenaikan penjualan sebesar 40% (dari sebesar US $ 100,000 menjadi US $ 140,000) diikuti pula oleh kenaikan harga pokok penjualan sebesar 40% (dari sebesar US $ 80,000 menjadi sebesar US $ 112,000) dan laba sebelum pajak sebesar persentase yang sama (dari US $ 9,000 menjadi US $ 12,600).
    Namun kelemahan ini dapat dihilangkan dengan cara membagi komponen-komponen biaya menurut sifat masing-masing. Misalnya setiap komponen biaya dipilah menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Setelah itu ditetapkan besarnya persentase untuk tiap komponen biaya. Misalnya besar persentase biaya variabel untuk biaya operasi adalah 9% dari penjualan. Hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.

    Dari Tabel 3 dan Tabel 4 tampak jelas adanya perbedaan yang cukup menyolok dari perolehan laba bersih sebelum pajak. Pada perhitungan biaya tanpa memilah berdasarkan sifatnya (tetap dan variabel), jumlah laba sebelum pajak adalah US $ 12,600, sementara pada perhitungan setelah memilah berdasarkan sifatnya, jumlah laba sebelum pajak adalah US $ 33,400. Hal ini dapat terjadi karena pada perhitungan biaya tanpa pemilahan sifat, setiap kenaikan penjualan akan diikuti persentase yang sama dengan biaya-biaya. Oleh sebab itu hasil akhirnya akan menjadi berbeda. Dengan kenaikan nilai penjualan yang sama tetapi dengan pemisahan biaya menurut sifatnya, perolehan laba sebelum pajak menjadi lebih proporsional.
    .
    MEMBUAT PROYEKSI NERACA
    Langkah awal untuk membuat proyeksi neraca adalah menyediakan neraca tahun lalu. Dari data itu dilakukan analisis guna menentukan pos-pos mana saja yang diperkirakan angkanya akan naik. Jika dari perhitungan itu terjadi ketidak seimbangan antara pos aktiva dengan pos pasiva, buatlah angka penyeimbang (plug figure) sehingga neraca menjadi seimbang. Untuk membantu pemahaman Anda, simak neraca OSCAR per 1 Desember 1998 (Tabel 5) dan Neraca proforma PT OSCAR per 1 Desember 1999 (Tabel 6).

    Dari data pada Tabel 5 kita cermati pos-pos mana yang akan berubah kemudian kita buat asimsinya. Pertama-tama kita simak pos aktiva, komponen mana saja yang akan berubah.
    1. Asumsi pertama adalah peningkatan omzet penjualan sebesar 40% dan jumlah rata-rata piutang diperkirakan sebesar 75%. Dengan demikian rata-rata umur piutang adalah 75% x 30 hari = 22,5 hari. Dalam hal ini lantaran omzet penjualan diprediksikan mencapai US $ 140,000 meningkat 40% dari tahun 1998 (lihat Tabel 3 & 4), maka jumlah piutang berubah dari US $ 13,000 (lihat Tabel 5) menjadi 22,5 / 360 x US $ 140,000 = US $ 8,750 (lihat Tabel 6)
    2. Mengingat pada tahun berjalan ada rencana penambahan peralatan mesin baru yang dibeli dengan harga US $ 20,000 dan depresiasi dengan menggunakan metode garis lurus selama 10 tahun, maka besaran depresiasi pertahun adalah US $ 20,000 : 10 = US $ 2,000. Sedangkan depresiasi mesin lama sebesar US $ 5,000 maka jumlah keseluruhan depresiasi per tahun sebesar US $ 7,000. dari kalkulasi ini maka besaran nilai aktiva tetap yang diproyeksikan sebesar aktiva tetap tahun 1998 (lihat Tabel 5) + mesin baru + depresiasi = US $ 50,000 + US $ 20,000 – US $ 7,000 = US $ 63,000 (lihat Tabel 6)
    3. Sekarang kita melihat pada sisi pasiva. Harga pokok pembelian bahan-bahan adalah 20% dari harga penjualan atau 20% x US $ 140,000 = US $ 28,000 dan umur rata-rata hutang adalah 45 hari maka besarnya taksiran hutang dagang adalah 45 / 360 x US $ 28,000 = US $ 3,500 (lihat Tabel 6)
    4. Besarnya laba ditahan mengalami perubahan sebesar US $ 18,280 (didapat dari US $ 8,200 (lihat Tabel 5) + US $ 10,080 (lihat Tabel 3) Jika komponen lainnya diasumsikan tetap, maka neraca hasil taksiran akan berubah seperti tampak pada Tabel 6.
    Kesimpulan:
    1. Dibanding pendekatan yang lain, menyusun proyeksi laporan keuangan melalui shortcut approach lebih sederhana dan mudah. Maka tak heran jika banyak perusahaan yang menggunakan pendekatan ini.
    2. Menyusun proyeksi laporan keuangan dimulai dari menentukan proyeksi penjualan yaitu dengan menentukan persentase kenaikan penjualan. Hal ini penting lantaran pemasukan terbesar diperoleh dari sektor ini. Dari angka ini dapat diketahui kenaikan persentase pengeluaran seperti harga pokok penjualan dan biaya operasi dari komponen-komponen itu selanjutnya dapat diketahui laba perusahaan yang diinginkan.